Kultus Skincare, Penjara Baru bagi Perempuan
Pernah suatu kali, seorang teman berkata dengan bercanda, "Wajahmu glowing yah kalau di foto? Tapi kalau di dekat, ternyata banyak bintik-bintiknya." Saya hanya tersenyum sambil meneguk secangkir kopi yang baru saja kuseduh. Sebenarnya, kata-katanya tidak menyakitkan, tetapi tetap meninggalkan tanda tanya di pikiran saya. Mengapa kecantikan kini seolah lebih dari sekadar pujian? Mengapa kita merasa mesti memenuhi standar glowing? Mungkin momen kecil seperti ini hanya sepele, tetapi sebenarnya menunjukkan bagaimana dunia luar terus menilai kita, meski tanpa kita memintanya. Hari ini, kita memang telah sampai pada zaman yang penuh paradoks. Di satu sisi, kita diajar untuk mencintai diri kita apa adanya. Namun di sisi lain, kita terus-menerus di bombardir dengan gambaran ideal tentang penampilan fisik, yang seakan menjadi tolok ukur nilai diri kita di mata masyarakat. Kulit putih, glowing, bercahaya, bebas jerawat, sering kali menjadi standar yang harus dipenuhi, dan sering kali...