Catatan Kecil Saat Membaca Novel "Saman"
Ada novel ketika selesai dibaca akan segera terlupa, namun ada pula novel yang menyisakan jejak, seperti aroma tanah setelah terkena hujan. Novel berjudul “Saman” karangan Ayu Utami ini masuk di kategori kedua. Novel ini tidak sekadar bercerita, tetapi lebih jauh menyelinap ke dalam tubuh, ke dalam ingatan, bahkan ke dalam percakapan sunyi antara jiwa dan dunia. Ia hadir seolah ingin mengingatkan kita bahwa di balik tubuh perempuan yang lama dibungkam, ada bahasa lain yang terus mencari bentuknya. Saya membaca "Saman" bukan karena penasaran pada kontroversi yang selalu mengiringinya. Tetapi lebih karena ingin mengetahui seperti apa suara perempuan ketika ia benar-benar dibiarkan berbicara. Bukan hanya tentang cinta, namun juga tentang tubuh, iman, dan dunia yang seringkali mengirisnya dalam diam. Hemat saya, Ayu utami menuliskan novel ini dengan sangat gentar dan tenang. Ia seperti membuka jendela ke ruang-ruang yang selama ini diselimuti kabut. Melalui tokoh-tokohnya, sepert...