Jejak Pagi dan Dilema Eksistensial
Pagi itu, di meja makan yang sunyi, saya duduk sendiri saja. Di hadapan saya, ada secangkir kopi yang masih mengepul dan sepiring roti yang baru saja keluar dari panggangan. Keheningan pagi terasa begitu akrab, semilir angin yang merayap masuk melalui jendela yang terbuka menambah kesegaran. Seperti biasa, saat pikiran masih jernih, pertanyaan begitu mudah muncul dalam pikiran saya. Yang sering kali muncul adalah pertanyaan seputar kehidupan. Mengapa saya hidup? Untuk apa saya menjalani semua ini? Bahkan dalam hal sederhana seperti sarapan pagi, hidup membawa saya pada sebuah dilema yang sulit untuk kuhindari. Sokrates, orang paling bijaksana di masanya, pernah mengatakan, “Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dijalani.” Pernyataan ini sering kali terngiang di benak saya, bukan saat berada di seminar filsafat yang berat, tetapi justru di momen seperti ini, di mana secangkir kopi menguar harum dan suara detak jam terdengar perlahan. Apa sebenarnya yang kita lakukan dengan hi...