ARTI HIDUP
Suatu hari di kedai kopi, seorang teman bertanya kepada saya. Menurutmu, apa arti hidup ini? Sebuah pertanyaan singkat, namun menuntut kecermatan dan permenungan yang mendalam.
Saya tidak langsung menjawab pertanyaan teman saya, karena saya mengira sebaiknya ia bergulat dulu dengan pikirannya sendiri, atas bacaan yang baru saja ia selesaikan, tentang eksistensialismenya Albert Camus.
Camus adalah seorang filsuf dan sastrawan asal Perancis yang hidup di pertengahan abad ke-20. Ia memandang bahwa hidup ini absurd, tidak masuk akal dan tidak bermakna. Premis Camus adalah Tuhan itu tidak ada, maka jangan melekat pada sesuatu yang tidak ada.
Camus menyatakan bahwa “Anda tidak akan pernah bahagia jika terus mencari apa isi kebahagiaan. Dan Anda tidak akan pernah hidup jika terus mencari apa makna hidup ini.” Kira-kira ide absurditas Camus inilah yang sedang menggelisahkan pikiran teman saya ini.
Sebenarnya pertanyaan tentang arti hidup itu sangatlah penting. Terutama ketika sedang mengalami krisis hidup. Juga karena hidup itu memang hanyalah pergantian antara senang dan susah, derita, dan gembira. Krisis kerap kali datang menghantui. Entah karena memang sedang krisis atau ketidakmampuan pikiran membedakan mana yang krisis dan mana yang bukan.
Begitu juga dengan ketidakpastian hidup, yang mengancam masa depan dan penyesalan terhadap masa lalu, yang juga sangat menyakitkan. Hari ini, bencana alam, gejolak politik, ekonomi, bahkan peperangan telah menambah daftar kecemasan dalam kehidupan manusia.
Jika dicermati, akar dari munculnya pertanyaan tentang arti hidup adalah “ketiadaan hidup” itu sendiri. Manusia tidak benar-benar mampu menemukan “kehidupan” dalam hidupnya, sehingga mesti menanyakan makna dari kehidupan itu.
Dengan kata lain, manusia dalam menjalani hidupnya hanya berada di pinggiran eksistensi, kata Seyyed Hossein Nasr. Manusia tidak menjalani hidupnya sepenuhnya, karena terjebak dalam pikiran dan emosi yang tidak terarah. Dalam situasi seperti ini, kita kehilangan pemahaman tentang siapa diri kita yang sebenarnya.
Selanjutnya, kita bertanya tentang arti hidup karena kita kehilangan arah hidup. Mungkin cara hidup kita selama ini dikungkung oleh egoisme. Kita hanya hidup untuk diri kita sendiri. Kita hidup hanya untuk memenuhi ambisi pribadi yang dangkal, serakah dan memuaskan hasrat kesenangan tanpa batas.
Juga soal pendidikan yang salah, bukan melahirkan manusia yang terdidik, namun manusia-manusia yang tertekan oleh rasa takut, cacat nalar dan kepatuhan buta. Situasi seperti ini tentu saja sangat membosankan, karena semua hanyalah kesia-siaan, dan motivasi untuk terus hidup seketika meredup.
Bagaimana memberi arti hidup ini? Pertama-tama yang harus dilakukan adalah memandang hidup ini dengan kepenuhan makna. Caranya adalah melatih diri berada dalam keheningan batin lalu melakukan refleksi terus menerus.
Menemukan arti kehidupan ini merupakan salah satu upaya tersulit dan tertinggi dari aktivitas manusia. Kedua, melatih diri untuk hidup sepenuhnya. Artinya, kita menjalani segalanya secara utuh dan sepenuhnya dari waktu ke waktu.
Kesulitan maupun kebahagiaan dialami sepenuhnya karena keduanya adalah kehidupan itu sendiri. Pahami bahwa, hidup bukan tentang kesenangan terus menerus. Hidup juga bukan tentang derita tanpa henti. Hidup adalah tarian kesedihan dan kegembiraan yang silih berganti. Belajarlah untuk menerima dan merayakan semuanya.
Ketika telah menerima semua unsur kehidupan, termasuk duka dan bahagia, pikiran menjadi jernih dalam mengamati segalanya sebagaimana adanya. Kita tidak lagi terjebak dalam emosi dan pikiran sesaat yang menyiksa jiwa.
Begitu juga dalam mengambil sikap, dilakukan secara tepat dari waktu ke waktu dan terkadang kita harus diam dan mengamati. Terlepas dari segala rintangan yang ada, penting juga untuk membiarkan hidup mengalir. Kejernihan membantu kita mengetahui kapan harus bersikap tenang dan lembut dan kapan harus bertindak dan bersikap tegas.
Sebenarnya, ketika manusia menyadari betapa kayanya hidup ini, pertanyaan tentang arti hidup mungkin akan lenyap. Cobalah memandangi tubuh kita ke dalam. Proses alami yang terjadi dalam tubuh kita begitu canggih dan menakjubkan. Mulai dari sistem saraf, pernafasan, pencernaan, hingga pergerakan organ tubuh kita pada waktu tertentu. Semuanya terjadi secara alami dan menakjubkan tanpa campur tangan kita.
Pada akhirnya, pertanyaan tentang arti hidup tidak akan pernah bisa terjawab sepenuhnya secara filosofis. Tetapi dengan mengalami kehidupan seutuhnya, menerima segala unsur kehidupan itu, duka ataupun bahagia, dengan segala kekayaannya, pertanyaan arti hidup itu dengan sendirinya bisa terjawab.
Oleh: Sitti Nurliani Khanazahrah*

Komentar
Posting Komentar