SANG ALKEMIS



Novel "Sang Alkemis", karya Paulo Coelho adalah buku kesekian yang dihadiahkan ke saya dalam rangka ulang tahun. Saya memang menganggap istimewa hadiah berupa buku dalam momen apapun, tidak hanya peringatan ulang tahun. 

Sudah terkumpul begitu banyak buku hadiah ulang tahun di kamarku, yang akhirnya kusebut duniaku yang sesungguhnya adalah buku-buku. Terima kasih tak terhingga atas hadiah buku-bukunya.

Mengapa begitu penting buku bagiku, karena buku adalah sarana dialog yang paling baik. Melalui buku terjalin hubungan baik dan ikatan kekeluargaan. Juga aktivitas membaca bisa dilakukan secara bersama, bisa menciptakan keharmonisan intelektual, membentuk kenangan yang abadi, dan menanamkan kecintaan budaya literasi. Paling penting, buku bisa memberikan kenikmatan dan rangsangan intelektual yang tiada habisnya.

Setelah membaca novel "Sang Alkemis" ini, saya menganggapnya sebagai novel filsafat - spiritualitas, karena berupaya mengeksplorasi tema dan pertanyaan-pertanyaan seputar filsafat dan spiritualitas. Misalnya, realitas, moralitas, makna hidup, kemandirian berpikir, kebebasan berekspresi, dan sebagainya. 

Novel filosofis biasanya menawarkan pandangan dunia dan perspektif yang dapat menantang atau mencerahkan pembaca. Juga seringkali menampilkan karakter yang menjalani perjalanan penemuan diri dan transformasi.

Salah satu alasan mengapa "Sang Alkemis" dianggap sebagai novel filosofis adalah karena eksplorasi takdirnya, atau yang disebut Coelho sebagai "legenda pribadi." Legenda pribadi adalah tujuan atau misi unik yang dimiliki setiap orang dalam hidup, dan alam semesta membantu mereka mencapainya. 

Santiago, tokoh utama novel ini, adalah seorang anak gembala yang bermimpi menemukan harta karun di dekat piramida Mesir. Ia memutuskan untuk mengejar mimpinya dan melakukan perjalanan ke berbagai benua dan budaya, meski harus menghadapi orang dan rintangan yang beragam.

Dalam perjalanannya, ia belajar mendengarkan kata hatinya, memercayai intuisinya, dan mengenali tanda-tanda yang mengarahkannya menuju takdirnya. Ia juga menemukan konsep "jiwa dunia", sebuah "esensi spiritual" yang dapat menghubungkan segala sesuatu dan memungkinkannya berkomunikasi dengan alam dan menemukan berbagai keajaiban. Dengan mengejar legenda pribadinya, Santiago tidak hanya mendapatkan harta karunnya, tetapi juga menemukan jati dirinya dan tempatnya di dunia.

Alasan lain mengapa "Sang Alkemis" dianggap sebagai novel filosofis adalah eksplorasi mimpi dan tantangan yang menyertainya. Coelho percaya bahwa setiap orang mempunyai impian dan mewujudkan impian tersebut adalah satu-satunya cara untuk menemukan kebahagiaan dan kepuasan hidup. 

Namun, ia juga mengakui bahwa banyak orang yang menyerah pada impiannya karena ketakutan, keraguan, rasa puas diri, atau tekanan dari luar. Hal ini diilustrasikannya melalui tokoh-tokoh yang ditemui Santiago, seperti seorang pekerja kristal yang menyerah pada mimpinya bepergian ke Mekah karena takut perusahaannya bangkrut.

Kemudian orang Inggris yang begitu terobsesi untuk menemukan rahasia alkimia, sehingga ia mengabaikan kebijaksanaan batinnya. Dan meskipun sang alkemis mencapai mahakaryanya, mengubah timah menjadi emas dan menciptakan ramuan kehidupan, ia memilih untuk menjalani kehidupan sederhana di tengah gurun. 

Coelho juga menunjukkan pentingnya cinta, keberanian, dan keyakinan dalam mewujudkan mimpi melalui karakter Fatima, kekasih Santiago, yang mendorongnya untuk mengikuti takdirnya meski harus putus. Seorang penunggang unta yang mengajarinya untuk hidup di saat ini dan menikmati perjalanan. Dan Melkisedek, raja Salem yang misterius, yang memberinya batu ajaib Urim dan Tumim dan menasihatinya untuk selalu mengejar mimpinya.


Nb: Secara keseluruhan, novelnya menarik. Silahkan dibaca sendiri, karena setiap pembaca akan mendefinisikan secara berbeda buku yang dibacanya.

Oleh: Sitti Nurliani Khanazahrah*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akar Metafisis dari Bencana Alam: Perspektif Epistemologi Irfani

Kultus Skincare, Penjara Baru bagi Perempuan

Filsafat Tak Tinggal di Menara Gading, Ia adalah Nafas Sehari-hari